JAKARTA - Media online sering digaungkan dalam
tema kajian New Media di event tertentu seperti Seminar. Khususnya yang
digelar hari ini, Kamis (7/3/2013) Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Jakarta bekerjasama dengan AJI Indonesia dan Ford Foundation menggelar
Seminar New Media.
Dalam seminar bertajuk "Pertumbuhan Pengakses,
Bisnis dan Problem Etika" di hotel Morrissey Jakarta ini, terungkap
jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta orang.
Pandu
Wiryawan dari Agensi Media Online, yang menyampaikan materi seminarnya
mengungkapkan, banyaknya pengguna internet ini bisa menjadi lahan subur
atau potensi menguntungkan bagi media online.
"Ini justru potensi besar. Pemain dari luar masuk ke sini untuk mengambil potensi menguntungkan tersebut," kata Pandu.
Ia
menjelaskan dalam kacamata pebisnis, melihat total pengguna internet
yang besar, adalah sebuah langkah yang tidak tepat bila beralih mencari
'lapak' di negara luar. Karena justru di Indonesia bisnis media online ini bisa dikeruk seoptimal mungkin.
Ia
mengatakan, pengguna bisa menghabiskan 35 jam per pekan untuk mengakses
internet. Ini setara dengan mengakses internet sekira 5 jam per hari.
"Dan ini akan terus tumbuh," imbuhnya.
Ia juga menjelaskan,
meningkatnya jumlah pengguna internet ini juga mempengaruhi preferensi
para produsen produk, untuk pada akhirnya mengiklankan produknya di
media online. "Tahun ini perusahaan spending iklan ke media online, dari 2-3 persen, menjadi 5 persen," tambahnya.
"Tren ini akan terus naik. Di Eropa ad-spending (biaya untuk iklan) melewati spending untuk media Televisi. Di Inggris pada 2012, spending pada media online mengalahkan spending untuk Televisi. Di Indonesia mungkin 3 tahun lagi," jelasnya.
Berbicara
tentang tantangan media digital ke depan, Pandu memaparkan adanya poin
Paid, Owned dan Earned. Paid adalah terkait biaya yang harus dibayar
pengguna untuk bisa mengakses konten, Owned ialah terkait pemanfaatan
platform yang dimiliki perusahaan media, termasuk sosial media, serta
Earned atau terkait apa yang perusahaan dapatkan.
Sebelum para produsen produk memutuskan untuk mengiklankan produknya, maka mereka harus mengetahui media online
mana yang tepat. Para pengiklan ini lalu memanfaatkan Data Research,
melalui pihak ketiga guna mengetahui trafik berita, berapa jumlah
pembaca dan sebagainya.
Data-data semacam demografis, segmentasi
pembaca dari jenis kelamin atau usia ini pada akhirnya akan mempengaruhi
pengiklan untuk mengiklankan produknya di media online tertentu. "Ini justru yang harus dikejar (oleh media online). Mereka (pengiklan) akan lihat top five (lima besar media online)," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar